Cerita-Cerita Tentang Kehidupan
Beberapa hari ini aku banyak membaca, membaca tulisan apa saja yang menurutku menarik dan bisa aku ambil pelajaran di dalamnya, termasuk tulisan-tulisan yang “berbau” dongeng ataupun cerita pengantar tidur. Di bawah ini adalah beberapa cerita yang menurutku baik untuk dibaca, bagiku dan bagi Anda juga sepertinya. Seringkali bacaan-bacaan sederhana seperti ini merupakan kunci serangkaian permasalahan yang lebih besar dan kompleks, bahkan bisa jadi juga merupakan “kunci jawaban” persoalan bangsa yang dihadapai negeri ini. Selamat membaca, kisanak.
Cerita di bawah ini mengisahkan penyesalan seseorang tentang betapa pentingnya arti sebuah keluarga. Uang banyak yang ia miliki ternyata sama sekali tidak berguna saat ia hendak “membeli” perhatian istri dan anak-anaknya kembali, setelah untuk waktu yang lama ia menomorduakan mereka setelah uang.
Pasien ini kini telah meninggal dunia, namun wajah, tawa serta percakapan kami seringkali muncul di benak saya. Waktu dia datang ke tempat praktek saya, sudah terlambat. Kanker yang dideritanya telah tersebar ke seluruh tubuh. Rumah sakit memvonisnya hanya bisa bertahan hidup 2 sampai dengan 4 minggu. Semua rumah sakit angkat tangan, dan berpesan padanya bila hendak melakukan apa atau hendak berpesan apa agar cepat dilaksanakan, kalau tidak akan tidak keburu lagi. Sejak ia berobat ke tempat saya hingga meninggal, dia dapat bertahan hidup 6 bulan, ini sempat membuat perusahaan asuransi tercengang. Dalam 6 bulan itu kita mempunyai banyak kesempatan berbicara, ceritanya adalah sebagai berikut:
Setelah pensiun dari perusahaan Boeing, saya membuka perusahaan sendiri, usaha saya menyewakan pesawat. Perusahaan saya mulai dari memiliki 1-2 pesawat saja sampai akhirnya berkembang dan memiliki 48 pesawat. Pesawat saya sewakan kepada pedagang dan perusahaan di seluruh dunia. Uang yang saya dapatkan harus dihitung dengan komputer, tahun-tahun sebelumnya saya lewatkan dengan kehidupan yang sengsara; Paskah dan Natal saya lewatkan di atas pesawat; pesta ulang tahun anggota keluarga saya tidak pernah hadir, mereka hanya menerima cek dengan nominal yang sangat besar. Maka sekarang, saat saya jatuh sakit, anak-anak mengetahuinya tetapi mereka hanya seperti mendengar tetangga atau teman dekat yang sakit, merasa prihatin tetapi tidak benar-benar bersedih, seolah-olah apa yang menimpa diri saya tidak berhubungan dengan mereka. Kadang-kadang saya iri dengan pengemis di pinggir jalan, yang nampak sangat berbahagia, mempunyai badan sehat dan dapat hidup dengan hati senang. Saya juga salut kepada Anda yang memiliki pekerjaan yang penuh dengan dedikasi, dapat membantu mengurangi penderitaan orang sakit. Sedang kekayaan saya seperti mencemooh, nasib seakan-akan sedang bergurau dengan diri saya.
Saya berperan bagai seorang badut di panggung kehidupan manusia, berakting di atas panggung sedang penonton di bawah panggung tak seorang pun yang respek apalagi bertepuk tangan. Tadinya saya mengira telah memberi kebahagiaan kepada keluarga saya, tetapi mereka tidak bahagia. Saat anak saya berulang tahun, ia berharap ayahnya bisa pulang, mereka membutuhkan diri saya bukan cek saya. Setelah mengetahui hal itu, saya merasa mereka itu sangat bodoh. Waktu istri saya sakit, saya sedang di luar negeri. Sekarang tak seorang pun yang membutuhkan diri saya lagi, karena tadinya saya telah menggunakan uang untuk menjauhkan mereka ke tempat yang jauh, asing dan tak dapat saya cari kembali. Sekarang saat saya membutuhkan mereka, mereka juga memakai cara yang sama yang saya pergunakan untuk mereka, mengirimkan cek, yang merupakan uang saya sendiri, uang yang saya dapatkan. Dia telah pergi meninggalkan setumpuk penyesalan, sebuah rumah tangga yang hancur, sebuah kisah yang perlu direnungkan.
Sebagai manusia, hendaknya kita jangan menunggu sampai ajal menjemput baru menyadari betapa berharganya arti sebuah kehidupan. Jangan membuat suatu kesalahan jadi besar baru mau merubahnya, jangan membiarkan penyakit berlarut-larut baru mencari obatnya. Pada saat harapan punah, penyesalan apapun sudah tidak berguna lagi.
from: erabaru.or.id
Bagaimana, bagus bukan? Selanjutnya adalah cerita tentang penyesalan seorang suami yang telah melanggar janjinya kepada istrinya. Cerita di bawah ini sebenarnya adalah cerita rakyat Jepang yang memiliki banyak pelajaran untuk diambil.
Cerita Gadis Bangau dari Jepang
Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Pekerjaannya adalah mencari kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.
Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju. “Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku,” ujar Yosaku. “Nona mau pergi kemana sebenarnya ?”, tanya Yosaku. “Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat.” “Bolehkah aku menginap disini malam ini ?”. “Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.” ,kata Yosaku. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap”. Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. “Tinggallah disini sampai salju reda.” Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, “Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini.” Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. “Mulai hari ini panggillah aku Otsuru”, ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun.
Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun. Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. “Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang. “Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. “Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. “Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. “Akhirnya kau melihatnya juga”, ujar Otsuru. “Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini,” ujar Otsuru. “Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru. “Maafkan aku, kumohon jangan pergi,” kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.
from: erabaru.or.id
http://samsul-arifin.math.web.id/2009/06/24/cerita-cerita-tentang-kehidupan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar